Tangerang, ZM- Masih ingatkah anda? Pastinya senyum manis akan terukir dibibir anda.
Yap,Layar Tancap. Hiburan yang satu ini dulu amatlah populer dan menjadi salah satu hiburan yang paling digemari masyarakat kita.
Ramai penonton,dari anak-anak sampai orang tua berbaur menjadi satu untuk melihat aksi laga silat ataupun komedi Warkop DKI ( Dono, Kasini dan Indro ) yang pada waktu itu sangat populer dan di idolakan.
Tidak mau ketinggalan para penjaja makanan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berjualan dari mulai kacang rebus, bakso, nasigoreng sampai mainan anak.
Layar Tancap atau lebih popular disebut Bioskop Misbar (gerimis bubar) biasanya diadakan pada saat seorang warga berhajat, seperti perkawinan, sunatan atau syukuran.
Selain untuk kategori diatas, Layar Tancap juga sering dipergunakan untuk ajang promosi produk tertentu, bahkan juga penyuluhan program ditingkat kelurahan/Desa.
Kehadiran Layar Tancap kenyataanya dapat mempengaruhi antusiasme masyarakat untuk hadir ke pesta pernikaha, promosi produk ataupun penyuluhan.
Terhibur? Tentu pastinya, lain dari itu mereka dapat menonton film secara gratis tanpa harus membeli tiket terlebih dahulu. Bahkan bukan rahasia umum mereka sambil bermesraan diareal gelap dan terbuka dan tidak mustahil terjadinya pelecehan seksual.
Namun sekarang jaman telah berubah. Layar tancap sudah ketinggalan zaman bahkan diambang kepunahan. Di era tehknologi yang semakin maju dan modern, masyarakat kita lebih mengenal DVD Player.
Dengan DVD Player kita dapat menonton sepuasnya dan tentunya duduk santai dirumah dengan ditemani keluarga tercinta. Walaupun ada serupa Layar Tancap namun sudah tidak menggunakan semacam proyektor ataupun menyetel Film Roll.
Dengan LCD Proyektor masyarakat cukup mereplay dengan CD atau DVD
Direktur Intertaintment C.V Bintang Kejora di Jakarta mengatakan, "bahwa keberadaan Layar Tancap dewasa ini sudah semakin langka bahkan cenderung sudah musnah, karena sudah terigantikan oleh hiburan lain diantaranya seperti Orgen Tunggal.” Hampir tidak terlihat, bahkan dipelosok desapun sudah tidak ada, karena masyarakat sekarang lebih senang dengan yang namanya orgent tunggal.”kata dia.(Dedi Rachman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar